Assalamualaikum warrahmatullahiwabarakatuh. Hallo sobat baca, kembali lagi berjumpa dengan SinduNesia. kali ini aku akan berbagi kisah cerita pengalamanku selama aku masuk Pesantren Sintesa part I. Penasaran bukan seperti apa ceritanya?
Pengalaman ini aku tulis untuk berbagi kisah, tentang perjalanan dan perjuangan untuk masuk dan bergabung di pesantren Sintesa.
Baiklah, langsung saja gulir kebawah untuk membaca ceritanya.
Informasi Tentang Pesantren Sintesa
Awal kisah, aku tau sintesa itu dari salah satu almumni Sintesa juga, yang secara kebetulan waktu itu betemu dengan beliau di Surabaya Jl. Raya Jambangan no 70.
Pertemuan itu ketika aku menjadi mahasiswa MEC “Mandiri Entrepreneur Center, sekitar pertengahan tahun 2018 lalu.
Ditempat tersebut kami bertemu karena beliau juga alumni MEC yang lebih dulu empat tahun darpiada diriku, waktu itu ketika aku masuk MEC beliau sebagai pengajar online marketing disana.
Dari situ aku kenal beliau dan tau sedikit informasi tentang profil sintesa, yang aku tau waktu itu sebatas profil dimana itu sintesa, yang didalamnya terdapat orang-orang hebat dengan dasar Agamanya,
Sedikit tau juga, bahwa sintesa itu tempat pembelajaran tentang dunia online marketing dan belum tau akan sistemnya seperti apa.
Aku belum sebut nama dulu ya, yang pasti beliau ini adalah seorang dari alumni MEC dan Sintesa yang sukses diusia muda serta menjadi inspirasi banyak orang disekitarnya.
Tidak berhenti disitu, seiring berjalanya waktu aku kepoin terus tentang sintesa dan berusaha untuk mencari informasi lebih dalam tentang apa, dimana, bagaimana, dan seperti apa Sintesa itu.
Setelah bertanya-tanya lagi dari beberapa orang yang pernah masuk di Sintesa yang sudah menjadi alumni, akhirnya aku mendapat satu info tentang website dan sosial media Sntesa.
Pada saat aku kepoin itu Sintesa, aku masih diseputar lingkungan MEC lo, yang mana alumni sebelumku dari MEC ternyata banyak juga yang menjadi alumni Sintesa.
Kemudian setelah mendapat informasi tentang website dan social media sintesa, tanpa menunggu lama aku kepoin lagi lebih dalam, aku baca-baca sampai tuntas semuanya.
Alhasil dari rasa penasaranku yang kepo, akhirnya kutemukan info singkatnya bahwa Sintesa ialah pesantren yang berfokus pada Qur’an, bisnis online, & SEO.
Beberapa info yang kudapat dari web serta pertemuan dengan orang sukses alumni Sintesa, keinginan hatipun muncul dibenaku, sampai pada akhirnya membawa ketertarikanku untuk masuk dan bergabung menjadi santri pesantren sintesa.
Persyaratan Masuk Pesantren Sintesa
Selang beberapa waktu tak berhenti untuk mengikuti post-post terbaru sintesa. Kemudian, muncul post baru yang menginformasikan bahwa telah dibukanya pendaftaran untuk calon santri angkatan 10.
Salah satu informasi yang disajikan dalam web, bahwa pendaftaran dibuka untuk umum, dengan beberapa sayarat yang telah dtentukan, diantaranya adalah:
- Calon yang ingin mendaftarkan diri sebagai santri akademi min harus berumur min 19 dan maks 25 tahun.
- Siap belajar di sintesa selama 1 tahun. Tanpa pulang dengan alasan apapun kecuali santri sakit parah atau kerabat terdekat meninggal dunia. Kalau ada apa-apa silahkan pihak keluarga untuk datang ke pesantren, bukan santri yang pulang, karena libur khusus hari raya (H-10 sampai H+10).
- Belum berkeluarga dengan maksud belum menikah.
- Tidak sekolah/kuliah atau sudah selesai dan tidak terikat dengan instalasi.
- Mempunyai laptop (minimal RAM 4 GB) untuk mendukung pembelajaran.
- Mendapat izin dari orangtua yang penting tentunya.
- Dan lain sebagainya.
Karena aku merasa, bahwa sebagian besar dari syarat tersebut ada pada diriku dan dapat terpenuhi. dengan mantap serta membulatkan niat aku mendaftarkan diri sebagai calon santri akademi.
Seleksi Calon Santri Pesantren Sintesa
Tidak hanya dalam dunia pekerjaan saja, proses seleksi untuk menjadi seorang santri di pesantren sintesa juga diterapkan. Hal ini dilakukan upaya guna mendapatkan santri yang benar-benar sesuai dengan kriteria yang dibuat.
Hal pertama yang harus kulakukan dalam proses pendaftaran calon santri ialah, dengan membuat video vlog yang menunjukkan cerita pengalaman pribadi, perkenalan diri, keadaan lingkungan sekitar rumah, lingkungan tetangga, serta utamanya idzin dari orang tua.
Tidak gampang juga proses itu kulakukan karena keadaan posisiku yang pada waktu itu aku berada di Surabaya, dimana masih terikat oleh pekerjaan.
Dengan segala upaya, karena sudah niat, terus kulalui dan penuhi untuk memenuhi syarat permintaan dari pesantren sintesa, akhirnya aku idzin dan sempat meninggalkan daripada pekerjaan untuk menyelesaikan persyaratan.
Alhamdulillah urusan pekerjaan beres, untung ada teman yang mengambil alih dimana seharusnya menjadi tugas dalam pekerjaanku. Terimakasih aku pada teman, akhirnya bisa pulang untuk mengambil dokumentasi sebagai sayarat video vlog.
Perjalanan Pulang Menuju Terminal Bungurasih Surabaya
Setelah urusan perizinan pekerjaan selesai, hal yang kulakukan selanjutnya ialah pulang menuju rumah di Ponorogo. Dimana nanti untuk pengambilan dan pembuatan video seperti permintaan dari sintesa.
Masih kuingat waktu itu aku pulang pada hari senin malam rabu, kisaran sehabis waktu isyak beranggkat dari tempat kerja menuju terminal Bungurasih Surabaya. Perjalanan menuju terminal aku diantar oleh teman yang satu pekerjaan denganku, sebut saja Kimha namanya.
Sesudah sampai terminal Kimha pun kembali pulang, tinggal aku sendiri di terminal, dimana kemudian aku mencari bus jurusan Madiun-Ponorogo.
Dari depan pintu terminal aku berjalan menuju tempat dimana Bus Madiun-Ponorogo terparkir. Seperti faktanya terminal Bungurasih yang luas dan panjang, perjalananku menuju tempat parkir bus sekitar 5 menit lamanya.
Kemudian sampailah di tempat parkiran, terlihat panjang antrean para penumpang yang bergerombol, tak jarang pula aku ditawari oleh beberapa calo atau agen bus jalanan agar naik ke armadanya. Biasa kan dibeberapa terminal pasti ada yang namanya calo.
Lumayan lama aku menunggu kedatangan bis, hingga waktu menunjukan pukul 20:30 dan belum ada tanda-tanda bis datang. Dengan suasana riuh terminal aku sabar menunggu.
Hingga pada akhirnya, sekitar pukul 21.00 barulah muncul armada jurusan Madiun-Ponorogo. Bus datang di tempat parkir, sontak serentak para orang yang lama mengantre langsung saling serobot untuk berebut masuk naik ke dalam.
Perjuangan Masuk Sintesa & Perjalanan Pulang Menuju Rumah
Tanpa menunggu lagi, akupun juga langsung naik dan mencari tempat didalam. Tak beruntungnya sesampai di dalam ternyata semua kursi sudah penuh, dan memaksa diriku untuk berdiri selama di perjalanan.
Memang bus ini tak biasa seperti yang kutumpangi sebelumnya. Baru kali ini aku naik bus tersebut. Terlihat kondisi bus yang tua, karena sebagian interiornya lapuk termakan usia atau mungkin karena kurang perawatan.
Untuk kondisi bus ini aku tidak akan sebut nama atau merk dulu ya. Perjalanan itu karena keadaan yang memaksa, juga waktu malam yang mepet pula, bismillah aku tetap melanjutkan perjalanan meski harus berdiri dalam bus.
Dalam perjalananpun berlangsung lancar aman-aman saja tanpa adanya kendala, namun kagetnya, sekitar pukul 23.30 keadaan penumpang banyak yang pada ngantuk, seketika si sopir menghentikan kendaraan bisnya.
Apa yang terjadi, kala bus sudah berhebnti sopir seraya berkata, “ maaf penumpang untuk armada bus “tiiit nama bis disensor” harus berhenti sampai di Bandar Nganjuk saja, dan kemudian akan dialih operkan dengan bus lain.
Sontak serentak para penumpang kecewa dengan pelayanan yang tidak jelas seperti itu, termasuk juga diriku. Tak jarang mereka mengeluh dan memprotes serta menyemprot kata-kata pada sang sopirnya.
Setelah penumpang turun semua kemudian pindah naik dengan bis operan yang mana sam dengan jurusan Madiun-Ponorogo. Sialnya kali ini aku tidak kebagihan tempat duduk lagi. “Sabarr ini ujian” kataku dalam hati.
Karena waktu sudah malam aku pun memutuskan untuk berhenti di terminal Madiun. Perjalanan kulanjut pada esok paginya.
Menginap dan Tidur di Terminal Purbaya Madiun
Sampai pada pukul 00.30 barulah tiba di terminal purabaya Madiun, waktu yang bisa dibilang sudah pagi, aku pun turun dari bus, karena paginya harus berangkat lagi, maka aku manfaatkan sedikit waktu untuk tidur di terminal untuk melepas lelah.
Aku tidur di antara jajaran kursi umum dalam terminal. Dingin banget rasanya, sampai terdengar suara takhrim imsya’, menandakan sedikit waktu sebelum adzan subuh, kemudian aku terbangun dari tidur.
Sampai pada akhirnya brerkumandang adzan subuh, bergegas aku mengambil air wudhu di mushola terminal dilanjut dengan ikut sholat berjamaah dengan para orang yang menunaikanya.
Selesai di terminal aku teringat untuk menghubungi temanku yang rumahnya di Madiun, syukur ia bsa aku chat wa, disitu aku mengutarakan pada temanku bahwa sekarang aku di Madiun dan minta tolong padanya untuk menjemput di terminal.
Karena tidak sedang sibuk, temanku datang menghampiriku di depan pintu keluar terminal purbaya. Akhirnya kami ngobrol dan ia mau mengantarkanku istirahat sejenak ke rumahnya yang ada di kota Madiun.
Sampai dirumah, bahagia banget, temanku yang baik ini menyuguhi dengan berbagai aneka macam jajanan yang disajikan beserta minuman, whh hilang sudah rasa capek perjalanan Surabaya-Madiun.
Terimakasih boy, ucapku pada teman baik itu. Lalu setelah itu aku minta tolong, dan kemudian diantar ke halte pemberhentian bus di Klegen kota Madiun, untuk lanjut pergi ke terminal Ponorogo.
Akhir Kata
Okey sekian dulu teman–teman sebagian kisah perjalananku menjadi santri sintesa, semoga bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada salah kata boleh dimaafkan, serta jangan lupa untuk tetap stay baca di sindunesia.com, Terimakasih dan sampai jumpa pada artikel- artikel berikutnya.
Nb. ini kisah masih part I, jangan lupa untuk membaca juga yang part II.