Sarekat Islam atau SI awalnya disebut dengan Sarekat Dagang Islam atau SDI. Sarekat dagang ini adalah salah satu organisasi yang lahir di Indonesia untuk pertama kalinya di tahun 1911 silam. Ada banyak massa dari organisasi Sarekat Dagang tersebut.
Organisasi SDI sempat memiliki perkembangan yang cukup pesat di masanya. Awalnya organisasi ini didirikan oleh H. Samanhudi yang pada saat itu merupakan tokoh besar di Indonesia.
Organisasi ini didirikan untuk persaingan dagang antara Indonesia dengan Cina dibeberapa kota besar.
Latar Belakang Pendirian dari Sarekat Dagang Islam
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Sarekat Dagang telah didirikan di tahun 1911 oleh salah seorang tokoh besar di zaman itu, yang bernama H. Samanhudi.
Saat itu organisasi ini didirikan di Kota Solo, karena adanya keinginan yang besar dari rakyat Indonesia. Khususnya dalam memajukan kepentingan ekonomi Indonesia saat itu. Terutama untuk para pedagang islam yang ada di Indonesia.
Saat itu orang-orang keturunan Tionghoa juga memiliki usaha perdagangan yang jauh lebih maju dibanding orang-orang pribumi.
Status dari para pedagang Tionghoa saat itu dianggap lebih tinggi dibanding pedagang asal pribumi, atau yang saat itu disebut dengan penduduk Hindia Belanda. Pada akhirnya SDI pun berkembang dengan pesat, di bawah kepemimpinan H. Samanhudi.
Bahkan Sarekat Dagang Islam telah menjadi organisasi yang paling berpengaruh di waktu itu. Pada tahun berikutnya yaitu 1912, H.O.S. Tjokroaminoto ikut mendirikan organisasi yang sama dengan Sarekat Dagang.
Awalnya Tjokroaminoto masuk ke dalam organisasi SDI dengan kawannya yaitu Hasan Ali Suharti. Tak lama kemudian ia dipercaya sebagai pemimpin baru di organisasi tersebut, maka tak lama kemudian ia mengubah nama organisasi SDI menjadi Sarekat Islam atau SI.
Awalnya orang-orang pribumi merasa diperlakukan tidak adil oleh Belanda dalam banyak aspek. Maka dimulailah pergerakan nasional yang kemudian dipelopori oleh SDI.
Selain itu, orang-orang Cina juga memiliki kamar dagang sendiri yang didukung oleh pemerintah Belanda.
Cina memiliki kebebasan bergerak yang lebih besar dibanding orang pribumi dalam hal berdagang saat itu.
Perkembangan Organisasi SDI pada Masanya
Tujuan dari didirikannya Sarekat Dagang Islam adalah untuk menggalang kerjasama diantara para pedagang islam, untuk memajukan kehidupan perdagangan di Indonesia sehingga mereka mampu menyaingi pedagang yang berasal dari Cina.
SDI pun akhirnya menjadi organisasi yang ternama dan identik dengan gerakan demokratis, nasionalis, ekonomis dan juga religius.
Dalam waktu yang singkat, SDI pun akhirnya berkembang sampai ke seluruh lapisan masyarakat yang ada di Indonesia.
Bahkan perkembangannya tidak hanya terbatas di Pulau Jawa saja. Maksud dibuatnya organisasi ini adalah untuk membela kepentingan para pedagang Indonesia dari ancaman yang berasal dari para pedagang Cina.
Dalam proses pelaksanaannya, tak terlihat adanya gerakan politik yang terjadi di sana. SDI telah memperjuangkan hak di dalam politik yang sesungguhnya. SDI juga memperjuangkan setiap keadilan tanpa rasa menyerah.
Organisasi tersebut juga menekan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda saat itu. Munculnya organisasi SDI ini sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia sejak lama.
Saat itu masyarakat sangat memerlukan wadah yang bisa menyalurkan aspirasi dari seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang.
Bulan Januari di tahun 1913 kemudian SDI yang telah berubah namanya menjadi SI atau Sarekat Islam menegaskan bahwa organisasi ini bukan partai politik.
Sarekat Islam sangat terbuka bagi bangsa Indonesia, dan untuk terus menjaga SI tetap menjadi organisasi bagi rakyat maka dilakukanlah pembatasan untuk masuknya Pegawai Negeri sebagai bagian atau anggota dari organisasi tersebut.
Baca Juga:
Transaksi Perusahaan Dagang & Pencatatan Transaksinya Lengkap
Contoh Usaha Perdagangan Lengkap! (Jenis dan Pengertiannya)
Perpecahan Sarekat Islam
Sesudah organisasi SDI ini berjaya di Indonesia lama kelamaan organisasi ini pun akhirnya mengalami perpecahan. Perpecahan itu disebabkan oleh adanya perbedaan suasana dalam kehidupan politik sesudah tahun 1929.
Sayangnya organisasi Sarekat Dagang Islam ini telah terpengaruh oleh komunis, yang saat itu diperkenalkan oleh Hendrio Joshepus Maria Sheevliet yaitu pada tahun 1913.
Setahun kemudian yaitu di tahun 1914 Sheevliet pun mendirikan Indische Social Democratische Vereenihing (ISDV) dengan Adolf Baars di Kota Semarang. Tujuan dari dibuatnya ISDV tersebut adalah untuk menyebarkan paham Marxis atau komunis.
Namun para Anggota dari ISDV tersebut tidak memiliki hubungan dekat dengan rakyat. Itulah sebabnya mereka masuk ke dalam organisasi Sarekat Islam yang ada di Semarang dan yang saat itu dipimpin oleh Semaun.
Sebenarnya Semaun tidak setuju apabila SI harus mengirim wakil kepada Volksraad atau yang saat itu disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Lama kelamaan pengaruh Semaun menjadi semakin besar, yang kemudian mulai menimbulkan perpecahan.
Perpecahan di dalam Sarekat Islam ini terbagi menjadi dua kubu yaitu SI Putih dan Merah. Perpecahan itu disebabkan oleh munculnya agitasi dalam golongan komunis, dengan melalui tokoh Darsono dan juga Semaun dalam organisasi tersebut.
Sedangkan SI Merah menentang adanya percampuran antara bidang politik dan juga agama di dalam organisasi Sarekat Dagang Islam itu sendiri.
Celah perpecahan yang terjadi diantara kedua kubu yaitu Merah dan Putih akhirnya semakin meluas. Ditambah dengan keluarnya pernyataan dari PKI yang menentang adanya Pan-Islamisme.
Bentuk Sarekat Dagang Islam di Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi
Orang-orang Cina yang mendapat dukungan penuh dari Belanda dalam hal perdagangan dan ekonomi, membuat mereka bisa membeli bahan-bahan pada importir secara langsung.
Namun dalam kasus usaha batik, para pengusaha pribumi harus membeli bahannya dari Timur Asing yang pada saat itu adalah Arab dan juga Cina. Namun sebagian besar pedagang perantaranya adalah orang Cina.
Hal itu menyebabkan harga batik yang berasal dari Perusahaan di Jawa menjadi lebih mahal. Dibandingkan dengan harga batik yang berasal dari Perusahaan Timur Asing. Maka para pedagang Cina juga bisa menekan harga batik dari perusahaan milik pribumi.
Sebagian besar batik milik pribumi pun banyak yang jatuh ke tangan Cina. Pada beberapa kota besar seperti Semarang, Bandung dan juga Jakarta tak lagi mengerjakan batik halus atau tulis tetapi mengerjakan batik kasar atau cap.
Dalam kondisi yang tidak menguntungkan itulah H. Samanhudi sebagai salah satu pengusaha sekaligus pedagang batik yang berasal dari Surakarta, menyadari bahwa muncul bahaya yang akan semakin mengancam.
Cina juga semakin berpengaruh dalam perdagangan dan perekonomian di Indonesia. Banyaknya peluang dari pemerintah Belanda pada Cina yang berupa keringanan, dibanding kepada pribumi membuat perdagangan yang dilakukan pribumi terutama dalam bidang batik mengalami penurunan.
Maka dibuatlah organisasi Sarekat Dagang Islam oleh H. Samanhudi untuk kemajuan perekonomian di Indonesia dalam hal perdagangan. Supaya Cina atau Belanda tidak menguasai perdagangan di Indonesia.
Walaupun pada akhirnya terjadi perpecahan juga di dalam organisasi tersebut, tetapi SDI sempat mengalami kejayaan pada masanya.
Maka dari itu, sedikit banyaknya Sarekat Dagang Islam telah membawa pengaruh yang baik bagi bangsa Indonesia.
Setidaknya kehidupan ekonomi saat itu tidak terlalu terpuruk dengan adanya organisasi tersebut.